Bhinneka News

15 Mitos Virus Corona (COVID-19) yang Harus Diketahui

Merebaknya virus corona atau COVID 19 yang menjadi pandemi di dunia membuat berita-berita tentang corona menyebar begitu cepat. Baik melalui media sosial, pesan whatsapp, maupun dari mulut ke mulut. Namun sayangnya, tidak semua informasi tersebut akurat dan bisa digali kebenarannya. Terkadang mitos virus corona muncul yang makin membuat panik masyarakat.

Tentu kepanikan tersebut beralasan karena di tengah pandemi ini, tidak semua orang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai corona mengingat COVID-19 merupakan jenis virus baru. Apa saja fakta dan mitos virus corona yang muncul di tengah masyarakat? Cek kebenarannya, yuk!



1. Mitos: Virus corona menyebar melalui jaringan seluler 5G
Mitos virus corona pertama yang menyebar di banyak negara adalah konon katanya virus ini dapat menyebar melalui jaringan seluler 5G.

Fakta: Virus corona tidak dapat menyebar melalui jaringan seluler.

Mitos bahwa virus corona dapat menyebar melalui jaringan 5G jelas tidak benar, karena faktanya virus corona tidak dapat bertransmisi pada jaringan seluler manapun, termasuk 5G. Buktinya COVID-19 menyebar di negara-negara yang belum memiliki jaringan seluler 5G.

COVID-19 menyebar melalui tetesan pernapasan atau droplet orang yang terinfeksi saat batuk, bersin atau berbicara. Orang juga dapat terinfeksi virus ketika menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi kemudian menyentuh mata, mulut, atau. Jadi bisa dipastikan bahwa mitos viru corona diatas tidak benar.

2. Mitos: Suhu di atas 25 derajat celcius membuat aman dari COVID-19
Dengan beredarnya mitos ini, banyak orang yang tetap tenang berada di luar rumah pada siang hari karena COVID-19 tidak dapat menular jika seseorang berada di paparan sinar matahari.

Fakta: COVID-19 tetap dapat menyebar pada suhu tinggi di bawah sinar matahari sekalipun.

Anda tetap tidak dapat bebas dari penularan COVID-19 meskipun sedang berada di bawah sinar matahari. Udara panas tidak akan membuat Anda aman dari penularan virus.

Satu-satunya cara mencegah penularan virus adalah dengan menjaga kebersihan diri seperti cuci tangan dan menggunakan desinfektan. Berjemur dibawah sinar matahari hanya akan membuat kekebalan tubuh meningkat, bukan melindungi diri dari paparan virus.

3. Mitos: Sembuh dari COVID-19 maka akan kebal seumur hidup
Mitos virus corona yang juga sering terdengar adalah virus ini tidak akan masuk lagi ke tubuh orang yang sudah pernah terkena COVID-19. Jadi tubuh akan kebal sepenuhnya setelah terkena virus dan sembuh total.

Fakta: Terkena virus corona dan sembuh total bukan berarti Anda kebal terhadap virus seumur hidup.

Fakta menunjukkan bahwa sebagian orang dapat sembuh dari virus corona. Dengan perawatan tepat dan fokus mengobati gejalanya, virus COVID-19 yang berada di dalam tubuh dapat hilang dengan sendirinya seiring dengan peningkatan kekebalan tubuh seseorang. Namun bukan berarti Anda kebal seumur hidup.

Anda tetap dapat terkena virus ini lagi jika Anda tidak menjaga kebersihan tubuh. Namun memang gejala dari COVID-19 pada orang yang pernah terkena virus dan sembuh biasanya lebih ringan. Jika sebelumnya jangka waktu kesembuhan mencapai 14 hari, maka orang yang pernah terkena COVID-19 bisa sembuh dalam waktu 3-7 hari.

4. Mitos: Tahan napas 10 detik pertanda bebas COVID-19
Konon katanya, jika Anda bisa menahan napas Anda selama minimal 10 detik tanpa merasakan sesak atau batuk, maka Anda aman dari virus corona. Banyak orang yang mempercayai mitos virus corona ini dan beranggapan bahwa dirinya sehat atau tidak tergantung dari kekuatan tahan napasnya.

Fakta: Cara mengkonfirmasi ada tidaknya COVID-19 di dalam tubuh adalah dengan tes laboratorium, bukan latihan pernapasan.

Gejala seseorang yang terkena virus corona berbeda-beda, meskipun gejala utamanya adalah demam, batuk, dan sesak napas. Bahkan ada orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 namun tidak memiliki gejala apapun. Orang ini disebut OTG. Meskipun demikian, OTG tetap dapat menularkan virus kepada orang lain.

Satu-satunya cara untuk memastikan apakah Anda positif COVID-19 atau tidak adalah dengan tes swab yang sampelnya diteliti di laboratorium. Jadi mitos virus corona diatas tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

5. Mitos: Alkohol dapat melindungi tubuh dari virus COVID-19
Mitos virus corona yang lain adalah alkohol dapat melindungi tubuh Anda dari paparan virus corona atau COVID-19.

Fakta: Alkohol tidak dapat melindungi tubuh dari virus, justru berbahaya bagi kesehatan.

Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa alkohol dapat melindungi tubuh dari paparan virus corona. Justru sebaliknya, alkohol sangat buruk bagi kesehatan dan dapat mengurangi kekebalan tubuh terhadap penyakit.



6. Mitos: Virus COVID-19 hanya dapat menyebar di iklim yang lembab
Sebelum virus corona masuk ke negara tropis seperti Indonesia, banyak orang berpikir bahwa virus ini akan mati di iklim yang panas. Virus hanya dapat berkembang di wilayah yang lembab.

Fakta: Virus COVID-19 dapat menyebar di semua wilayah dengan iklim apapun.

Mitos virus corona bahwa COV-19 hanya bisa bertransmisi di wilayah lembab adalah tidak benar. Faktanya, virus ini mudah menyebar dan beradaptasi di semua wilayah, baik iklim panas maupun lembab.

Jadi dimanapun Anda tinggal, tetap lindungi diri dengan menjaga kebersihan tubuh terutama tangan untuk mencegah penularan. Hindari bepergian ke luar negeri atau ke luar kota tanpa kepentingan apapun. Dengan fokus pada perlindungan diri, Anda akan selamat dari paparan virus.

7. Mitos: Cuaca dingin dan salju dapat membunuh COVID-19
Mitos virus corona lain mengatakan bahwa cuaca yang dingin dan bersalju dapat membunuh virus corona.

Fakta: Perkembangbiakan virus COVID-19 tidak dipengaruhi cuaca apapun, baik panas maupun dingin.

Tidak ada alasan bagi Anda untuk mempercayai mitos virus corona di atas. Sekali lagi, cuaca apapun tidak akan bisa membunuh virus corona. Cara paling efektif untuk terhindar dari virus corona saat ini adalah rajin mencuci tangan dengan sabun atau alkohol.

8. Mitos: Mandi air panas dapat mencegah virus corona masuk ke tubuh
Mandi air panas konon dapat menghambat masuknya virus corona ke dalam tubuh.

Fakta: Mandi air panas tidak dapat membunuh virus atau mencegah masuknya virus ke tubuh.

Terlepas dari berapapun suhu air yang Anda gunakan untuk mandi, sama sekali tidak berpengaruh pada virus corona. Jika virus sudah terlanjur masuk ke dalam tubuh, maka mandi air panas tidak akan mempan untuk menghambat penyebaran virus. Justru mandi air panas berbahaya karena dapat membakar kulit Anda.

Cara efektif untuk menghambat masuknya virus ke dalam tubuh adalah rajin mencuci tangan dengan sabun atau alkohol karena dapat mencegah penularan virus saat Anda menyentuh mata, hidung, dan mulut. Virus corona menginfeksi tubuh melalui percikan droplet yang tidak sengaja masuk melalui mata, hidung, atau mulut. Jadi mandi air panas sama sekali tidak berpengaruh.

9. Mitos: COVID-19 dapat menular melalui gigitan nyamuk
Mitos lain mengatakan bahwa virus corona dapat menular melalui nyamuk. Nyamuk yang menggigit pasien positif COVID-19 dapat membawa virus untuk ditularkan pada orang lain.

Fakta: COVID-19 menular melalui droplet, bukan gigitan nyamuk.

Belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa virus corona dapat menyebar melalui gigitan nyamuk. COVID-19 merupakan virus yang menyerang pernapasan dan ditularkan melalui tetesan pernapasan, tidak berkorelasi dengan nyamuk.

Cara untuk menghindari virus tersebut adalah menjaga jarak dengan orang yang sedang batuk atau bersin serta rajin mencuci tangan agar tidak ada droplet yang menempel di tubuh.

10. Mitos: Pengering tangan bisa membunuh virus corona
Banyak orang yang bertanya-tanya apakah efektif jika membersihkan tangan dengan pengering tangan? Bisakah pengering tangan tersebut menghambat transmisi virus di tangan?

Fakta: Pengering tangan tidak efektif dalam membunuh COVID-19.

Untuk melindungi diri dari virus corona, Anda harus sering membersihkan tangan dengan alkohol atau sabun. Setelah tangan Anda dibersihkan, Anda harus mengeringkannya dengan menggunakan handuk kertas atau pengering udara. Jadi jika hanya menggunakan pengering saja, tidak efektif dalam membunuh virus.



11. Mitos: Lampu ultraviolet untuk cegah COVID-19
Mitos lain mengatakan bahwa lampu UV dapat digunakan untuk mensterilkan tangan. Benarkah?

Fakta: Lampu UV tidak dapat digunakan untuk membunuh virus di tangan, sebalik nya malah berbahaya.

Jangan percaya mitos diatas. Karena radiasi ultraviolet justru berbahaya bagi kulit. Jadi hindarilah mensterilkan tangan dengan menggunakan lampu ultraviolet.

12. Mitos: Alat ukur suhu tubuh efektif deteksi virus di dalam tubuh
Saat ini alat pengukur suhu atau termometer dianggap efektif dalam mendeteksi seseorang terinfeksi COVID-19 atau tidak. Karena demam merupakan salah satu gejala COVID-19, maka seseorang yang tidak demam dianggap aman dari virus.

Fakta: Alat pengukur suhu hanya efektif untuk mendeteksi orang yang demam karena terinfeksi COVID-19, padahal yang tidak demam belum tentu aman.

Jangka waktu virus masuk ke tubuh adalah 2-4 hari sejak terinfeksi. Dan tubuh membutuhkan waktu 2-10 hari untuk demam ketika virus masuk. Jadi orang yang sebenarnya terinfeksi namun belum demam, tidak dapat diukur dengan menggunakan termometer.

13. Mitos: Semprotkan disinfektan ke tubuh bisa bebas dari COVID-19
Beberapa waktu lalu bilik desinfektan ramai digunakan masyarakat untuk ,mencegah penularan COVID-19. Di bilik ini Anda akan disemprot cairan desinfektan untuk mensterilkan tubuh Anda dari virus.

Fakta: Menyemprotkan desinfektan ke seluruh tubuh tidak akan membunuh virus yang telah masuk ke tubuh.

Desinfektan hanya efektif untuk membunuh virus yang ada di permukaan benda, bukan di dalam tubuh. Justru sebaliknya, cairan ini sangat berbahaya jika mengenai pakaian dan mata Anda.

14. Mitos: Vaksin pneumonia efektif mencegah virus corona
Ada anggapan yang menyatakan bahwa vaksin pneumokokus dan Hib efektif dalam mencegah virus corona menginfeksi tubuh. Benarkah?

Fakta: Belum ada vaksin yang ditemukan ahli untuk mencegah virus corona.

Sampai saat ini para ahli belum menemukan vaksin yang tepat untuk melindungi diri dari virus COVID-19. Namun peneliti sedang mencoba mengembangkan vaksin COVID-19 dan upaya ini didukung oleh WHO. Jadi vaksin anti pneumonia seperti pneumokokus dan Hib tidak efektif untuk melawan COVID-19.

15. Mitos: Bersihkan hidung dengan saline efektif cegah COVID-19
Membersihkan hidung dengan saline atau air garam dianggap efektif untuk melindungi diri dari COVID-19.

Fakta: Tidak ada bukti bahwa membersihkan hidung secara teratur dapat melindungi seseorang dari COVID-19.

Mencuci hidung menggunakan saline atau air garam memang efektif untuk menyembuhkan flu biasa, namun tidak untuk COVID-19. COVID-19 merupakan infeksi virus jenis baru yang berbeda dengan flu biasa.

Itulah beberapa mitos dan fakta mengenai virus corona yang perlu Anda ketahui. Tidak semua isu mengenai COVID-19 bisa dipercaya kebenarannya. Oleh karena itu bijak dalam membaca berita sangat penting bagi Anda saat ini untuk mencegah timbulnya panik yang tak perlu. Jadi pastikan Anda mengecek keakuratan berita sebelum membagikannya ke orang lain ya!

sumber : www.Triasse.com

Leave a Reply